Beranda | Artikel
Bertanya Kepada Keluarga Orang Yang Sedang Sakit
Selasa, 23 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Bertanya Kepada Keluarga Orang Yang Sedang Sakit adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Senin, 9 Sya’ban 1442 H / 23 Maret 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bertanya Kepada Keluarga Orang Yang Sedang Sakit

Pembahasan terakhir adalah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu tentang kalimat yang jika diucapkan oleh seseorang dalam keadaan sakit kemudian dia ditakdirkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla meninggal, maka dia tidak akan disentuh oleh api neraka. Kalimat yang dimaksud adalah:

  1. لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ
  2. لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ
  3. لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ
  4. لاَ إله إِلاَّ اللهُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ باللهِ

Ini menunjukkan dari orang yang mengucapkan kalimat-kalimat ini dan juga fadhilah kalimat ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bab 146

Dianjurkannya seorang untuk bertanya kepada keluarga orang yang sedang sakit tentang keadaan orang sakit tersebut. Misalnya kita mendengar bahwa ayahnya Si B sedang sakit, tapi kemungkinan kita tidak bisa menjenguk ayah dari Si B. Maka ketika kita bertemu dengan Si B, kita dianjurkan bertanya tentang keadaan ayahnya.

عن ابن عباسٍ رضي الله عنهما: أنَّ عليَّ بْنَ أَبي طالب – رضي الله عنه – خَرَجَ مِنْ عِنْدِ رسولِ الله – صلى الله عليه وسلم – في وَجَعِهِ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ، فقالَ النَّاسُ: يَا أَبَا الحَسَنِ، كَيْفَ أصْبَحَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم؟ قَالَ: أصْبَحَ بِحَمْدِ اللهِ بَارئًا.

Dari ‘Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasanya ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu pernah keluar dari kamar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang ketika itu sedang sakit, yang mana sakitnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membawa kepada kematian beliau, maka orang-orang bertanya: “Hai Abul Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?” Maka dijawab oleh ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu: “Alhamdulillah beliau dipagi hari ini sudah dalam keadaan sadar.” (HR. Bukhari)

Perhatian para sahabat

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang bagaimana keadaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di saat beliau sakit yang menghantarkan belia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kematian. Yang mana perhatian para sahabat luar biasa, mereka selalu mengawasi, menjaga, dan bertanya tentang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini menunjukkan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun sangat mencintai sahabat-sahabatnya.

Pernah kita bahas pada pertemuan yang lalu bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang menjenguk seorang Arab dusun yang dalam keadaan sakit, ini menunjukkan perhatian dan cinta beliau kepada para sahabat-sahabat beliau ‘Alaihish Shalatu was Salam.

Maka dari itu ketika mendengar saudara kita sakit, kita dianjurkan untuk menjenguknya, atau paling tidak bertanya tentang keadaannya kepada keluarga orang yang sakit tersebut.

Kemudian kondisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika sakit memang cukup parah. Tetapi kemudian membaik.

Pentingnya Optimisme

Hadits ini juga menjelaskan kepada kita agar menjadi orang-orang yang selalu optimis dalam hidup. Optimisme itu penting. Makanya kita melihat di sini, ketika ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu ditanya keadaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kata beliau: “Alhamdulillah, beliau dalam keadaan baik di pagi hari ini.”

Ini menunjukkan optimisme, apalagi kepada orang yang kita cintai. Adapun selebihnya, tetap kita serahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun tidak ada yang mengetahui, ternyata dalam sakit terakhir ini beliau meninggal Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kunyah

Hadits ini juga menjelaskan kepada kita tentang dianjurkannya memanggil seseorang dengan kunyah. Kunyah panggilan dengan menyebut nama anaknya. Misalnya Si B mempunyai anak bernama Khalid, maka kita mengatakan Abu Khalid. Kalau dia mempunyai anak bernama Abdullah, kita memanggil pada ayahnya Abu Abdillah, dan seterusnya. Ini hal-hal yang juga dianjurkan.

Sopan santun

Ini mengajarkan kepada kita sopan santun, akhlak, tidak memanggil nama, tapi memanggil dengan menyebut nama anaknya. Selain ini adalah sunnah yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentu ini merupakan panggilan akrab yang bisa lebih mendekatkan seorang dengan saudaranya.

Ini juga mengajarkan pada kita sopan santun. Bagaimanapun -diakui atau tidak- memang sebagian dari umat ini -apalagi yang ngaji- masyaAllah terjadi krisis akhlak yang mana orang mengetahui ilmu tapi akhlaknya kurang baik. Maka perlu kita mengajarkan atau memberikan contoh tentang akhlak yang mulia.

Seseorang tidak usah menisbahkan dirinya kepada sunnah, tidak usah menisbahkan dirinya kepada salaf, kalau memang akhlaknya kurang baik, apalagi kalau mengeluarkan kalimat-kalimat yang tidak pantas diucapkan. Sebaiknya Anda diam dan bersembunyilah, daripada muncul tetapi dengan kalimat-kalimat kotor dan memalukan untuk seorang yang menisbahkan dirinya kepada dakwah yang mulia ini. Demi Allah, Salafush Shalih dengan ajarannya berlepas diri dari orang-orang seperti itu.

Maka di sini penting -terutama bagi yang banyak mengikuti kajian-kajian, telah mengetahui tentang tauhid, mengetahui sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengetahui perilaku para Salaf- hendaknya yang dipegang tidak sekedar manhajnya, hanya sekedar aqidahnya, hanya sekedar ibadahnya, tetapi semuanya. Kita jaga lisan, jaga tulisan.

Zaman ini adalah zaman medsos, seseorang menyebarkan satu kemungkaran lalu diikuti oleh orang banyak, maka yang menyebarkan kemungkaran menanggung dosa semua orang yang mengikutinya.

Oleh karena itu hati-hati dan waspada. Kita jangan banyak berteori. MasyaAllah, dalil-dalil dari Al-Qur’an, sunnah, perkataan para ulama, perkataan para salaf, itu semua mengalir diatas lisan, tapi perbuatan nol. Na’udzubillahi min dzalik.

Oleh karena itu, mari kita menyadari diri kita, kekurangan-kekurangan kita ayo kita perbaiki. Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini, tetapi alangkah baiknya seorang yang telah mengenal tauhid, mengenal aqidah, mengenal manhaj, mengenal akhlak salaf, untuk dia menjadikan mereka sebagai contoh dalam hal-hal tersebut. Karena akhlak yang buruk akan merusak nama baik manhaj itu.

Simak faedah-faedah lain yang terdapat dalam hadits yang agung ini. Mari download dan simak mp3 kajian kajiannya.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49990-bertanya-kepada-keluarga-orang-yang-sedang-sakit/